Monday, December 26, 2005

Look Back [on] ......

Hari ini, tepat satu tahun yang lalu...Serambi Mekah menangis. Tak ada yang menduga, bahwa ketenangan hari itu akan sirna di guncang gempa berkekuatan 8,5 SR, dan disusul oleh terjangan Tsunami yang sangat dashat. Gedung - gedung porak - poranda, rumah - rumah hancur berkeping - keping, mayat - mayat berserakan dijalan.

Sumatra Utara, Nias, dan beberapa pulau kecil disekitar ikut merasakannya... Tak hanya di Indonesia, beberapa negara tetangga pun tak lepas dari terjangan Tsunami tsb.

Nangroe Aceh Darrussalam [NAD], 'negeri' yang 'kaya'. Kaya akan hasil alamnya, kaya akan pejuang - pejuangnya yang tak kenal lelah dan takut, juga 'kaya' akan 'masalah'.

Belum lagi selesai masalah GAM, Tsunami telah menghadang dihadapan. Belum hilang satu kepedihan, datang [kepedihan] yang lain menemani.

Apa sebab Tsunami 'mempir' di Bumi Serambi Mekah? Tempat yang [menurut cerita] merupakan daerah yang paling 'Islami' di Indonesia? Yang masyarakatnya begitu kental budaya keIslamannya?

Banyak omongan [baca: berita] simpang - siur mengenai hal tsb. Ada yang bilang itu hanyalah ujian dari Allah, ada juga yang bilang itu adalah 'peringatan', bahkan yang paling santer [baca:ramai] terdengar itu merupakan 'karma' dari Allah. Mana yang benar?

Menurut pendapat saya pribadi semuanya tidak ada yang salah. Kita bisa menyebut bencana [musibah] tersebut apa saja, apakah peringatan, ujian, atau bahkan karma! Hal tsb kembali ke dalam diri kita masing - masing. Bagaimana kita menyikapinya.

Mengenai hal yang terakhir disebut [karma], ada cerita yang cukup ...... (silahkan presepsikan sendiri) menurut saya. Tapi saya tidak akan menceritakannya disini (bukan bermaksud membuat yang membaca penasaran, hanya tujuan saya menulis post ini bukanlah untuk membahas ttg 'karma' yang disebut - sebut sebagai penyebab utama Tsunami 'mampir' di NAD).

Kembali ke topik utama [satu tahun 'peringatan' Tsunami]. Belum banyak yang berubah sejak satu tahun berlalu. Para pengungsi tetap tinggal di pengungsian [dengan kondisi yang memprihatinkan], puing - puing bangunan masih banyak yang berserakan dijalan [walaupun di beberapa daerah sudah mulai dirapihkan], bahkan sebuah bunker [kapal tanker] yang terhempas dari lautan masih berada di tempatnya [ diatas tumpukan puing rumah yang ditimpanya], sama persis seperti setahun yang lalu ketika Tsunami 'menghampiri' [ dari yang saya dengar, bunker tersebut akan dijadikan semacam tugu peringatan, bahwa Tsunami pernah 'mampir' di NAD].

Namun, di balik itu semua, sudah cukup banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengembalikan kondisi NAD seperti sediakala [walau dirasa masih belum maksimal]. Pun upaya Dunia untuk membantu. Disnilah rasa kemanusiaan kita di uji. Tak pandang suku, agama dan bangsa, semua bahu - membahu membantu para korban Tsunami [tak hanya yang di Aceh saja, di tempat - tempat lain -termasuk di negara tetangga- bantuan pun berdatangan].

Banyak kekecewaan yang timbul akibat lambatnya rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh ini. Khususnya bagi para korban yang selamat dari bencana tersebut [baca: pengungsi].

Mungkin tak banyak yang bisa kita lakukan, namun melalui post ini, saya hanya ingin mengajak bagi siapa saja yang membaca untuk [minimal] terus mengirimkan doa bagi saudara - saudara kita yang berada di Bumi Serambi Mekah. Dan selebihnya, mari kita ukur kemampuan kita sendiri, apa yang bisa kita berikan kepada saudara- saudara kita disana, selain doa dan rasa keprihatinan.

Wallahualam bishowab.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home